Tugu Asem
- Arief Arief
- Jan 2, 2019
- 2 min read

Tugu Asem, begitulah nama tugu ini dikenal. tentu bukan tanpa alasan nama tugu ini kemudian muncul dan dikenal didaerah ini. Bertempat di Kampung Ciketing asem jaya - kel. Mustikajaya - Kec. Mustikajaya - Kota Bekasi tugu ini berdiri kokoh disana.
Bahwa berdasarkan catatan yang ada, Tugu Asem ini adalah tugu termuda yang ada saat ini disekitaran Kota Bekasi. Hal ini dikarenakan memang tugu ini baru ada sekitar 3 tahun yang lalu.

Sejarah mencatat bahwa tugu asem ini mempunyai sejarah yang cukup panjang dalam perjalannya.
Pada masa nya Tugu Asem ini merupakan sebuah pohon Asem besar yang tumbuh ditengah jalan sebuah kampung, yang mana karena keunikan dan cerita secara turun temurun akhirnya kampung tersebut diberi nama dan sebutan dengan Ciketing Asem.
Kata Asem dalam nama kampung Ciketing telah memberi tanda tersediri dalam pembedaannya dengan kampung ciketing yang lain. Dimana nama Asem diambil dari sejarah adanya pohon Asem yang tumbuh kekar di kampung tersebut.
Tidak ada yang tahu secara persis siapa yang menanam pohon asem tersebut dan berapa lama pohon tersebut telah tumbuh dikampung itu. Namun yang pasti bahwa pohon asem tersebut telah ada sejak jaman indonesia masih dalam penjajahan belanda.
Konon kabarnya bahwa di bawah pohon asem tersebut dahulu kala tertanam banyak sekali raga-raga pejuang dari daerah ini. sehingga pohon ini mempunyai keunikan dan keistimewaan tersendiri bila dibandingkan dengan kebayakan pohon asem pada umumnya yang ada dikampung ini.

Namun sejarah berkata lain, seiring dengan perkembangan waktu yang ada, tanpa disadari pohon ini secara perlahan bertambah usia yang pada akhirnya mengering dan mati dimakan waktu. Namun disaat itulah ide dan kreatifitas bermunculan tentang bagaimana cara mempertahankan simbol kampung ini. Sehingga pada akhirnya warga satempat sepakat untuk mengabadikan pohon Asem ini menjadi sebuah Tugu, yang kemudian dikenal dengan sebutan Tugu Asem.
Sejatinya tugu ini adalah pohon asem yang sebenarnya, tanpa dipindahkan tempat dan bentuk aslinya. Masyarakat setempat mengubah batang pohon asem yang telah tumbang menjadi sebuah tugu sebagai penanda kampung.
Seiring waktu batang pohon ini pun mulai keropos dan lapuk, sehingga kemudian dilakukan restorasi terhadap tugu ini dengan membingkainya menggunakan semen dan pasir, namun tetap mengikuti bentuk asli dari tugu sebelumnya. Jadi didalam Tugu Asem ini tetap tertanam batang pohon asem yang asli.

Keunikan itulah yang akhirnya dipertahankan secara bersama sama oleh warga setempat. Tidak mudah memang, namun semangat dan kearifan lokal telah membuat suatu mahakarya yang patut untuk di apresiasi bagi warganya.
Kini tugu ini telah kokoh berdiri layaknya sebuah tugu yang sebenarnya. Jauh dibalik itu semua ini bukan tentang kokoh dan bentuknya, namun yang menjadi menarik adalah nilai budaya, estetika adat yang dengan sadar telah menjadikan masyarakatnya perduli terhadap jati diri dan dimana mereka berpijak.
Bagi sebagian orang mungkin hal ini tidaklah menarik, tetapi bagi warga setempat ini adalah harga yang harus dibayar dalam mempertahankan adat dan istiadat kampung kelahiran.
Belajarlah sejarah maka kelak anak cucumu akan mengingat mu, itulah delik kenapa ini harus di pertahankan.
Begitulah sekelumit cerita berdirinya Tugu Asem, simbol sebuah kampung betawi di tengah kota Bekasi.
"Lestarikan budaya mu maka sejarahmu akan tetap terkenang ".
Sekian
Penulis
Arief
コメント